Orang hanya ribut MotoGP di Indonesia gunanya untuk ketenaran Indonesia dan berbahagai aspek bisnsnya. Bagi yang maniak MotoGP tentu orientasinya hanya ingin nonton. Jauh dari itu, MotoGP juga akan mengangkat martabak balap motor Indonesia. Itu juga tak kalah penting.
Bayangkan, pembalap Indonesia sejak Sentul International Circuit (SIC) dibangun 1993 disodorkan dengan lay out Sentul yang itu-itu saja, satu-satunya pula yang permanen internasional. Kasihan! “Karakter SICl ini sebenarnya bukan untuk motor, saat dibikin dasarnya cita-citanya diperuntukan untuk F1. Chamber atau konstruksi kemiringan tikungan nggak terlalu positif. Harusnya untuk motor kan kira-kira seperti awalan tong setan macam di Losail, Qatar,” jelas Hendriansyah, pembalap senior yang di umurnya 35 tahun kembali juara nasional 2015.
Di sisi lain, SIC itu, model tikungannya semuanya 90o. Terlalu monoton untuk mengolah keterampilan pembalap. Kan harusnya teknikal ada hair pin bentuk V, U dan sebagainya yang bikin kaya elmu menikung pembalap Indonesia. Makanya pada master plan sudut-sudutnya diperdalam agar saat masuk tikungan terjadi perubahan bobot motor. Nah itu juga skill menaklukannya.
“Jika benar ada MotoGP dan SIC jadi direnovasi, itu artinya pembalap Indonesia mendapatkan keuntungan. Apalagi sudah memanggil desainer Herman Tilke. Tilke ini banyak mengutamakan teknikal untuk skill joki,” timpal Eddy Saputra, pentolan balap motor Indonesia yang punya garasi sendiri di SIC dengan sistem bayar tahunan untuk kegiatan timnya.
Bukan hanya itu, sejak dibikin untuk MotoGP yang saat itu masih GP500, kualitas aspal hampir 20 tahun sudah tambah sulam. Masih ingat ketika Alberto Puig yang mantan pelatihnya Dani Pedrosa membawa Asia Talent Cup (ATC) ke SIC 2014. Pelatih ATC buatan Dorna Sport dan juga penyelenggara MotoGP ini berkomentar, anak-anak ATC di SIC malah dilatih seperti bermain motocross. Artinya, aspalnya kelewat keriting. Makanya tahun selanjutnya ATC nggak digelar lagi di SIC.
Gravel SIC saat ini juga berbahaya. Gravel dari kerikil halus itu sudah mengeras landasannya. Bukannya menahan laju motor saat out malah bikin motor meluncur terus, karena sudah nggak gembur lagi. “Kalau ada MotoGP di SIC artinya itu semua harus dibenahi sebagai syarat SIC untuk dipakai. Asyik deh, pembalap kita diuntungkan. Kalau skill mereka naik dan diperhitungkan di MotoGP, kan nama Indonesia juga yang mengemuka. Sama kan dengan tujuan bikin MotoGP di Indonesia,” timpal Ahmad Jayadie, mantan pembalap ternama Indonesia dan 1995 - 1996 saat GP125 di SIC start bareng dengan Valentino Rossi lewat fasilitas wild card dari Yamaha Indonesia. Saat itu Jayadie pakai TZ125.
Sabar dan menunggu. Sebab ujungnya adalah dana. Sampai saat ini semua rencana itu butuh dana Rp 200 miliar lebih. Sementara yang baru masuk Rp 5 miliar atas pancingan Kemenpora agar semangat. Juga masih menunggu Kepres yang dijanjikan Kemenpora untuk menghimpun dana. Habis itu tinggal bersaing dengan India dan Thailand yang jelas-jelas mereka sudah punya sirkuit memadai yang juga didukung pemerintahnya. Tapi apa pun yang penting SIC keburu direnovasi demi majunya balap motor Indonesia
0 komentar:
Post a Comment